Lestarikan Kesenian, Desa Bolali ikut serta dalam Gelaran Festival Gejog Lesung

21 Juli 2019 15:30. Berita "KEBUDAYAAN". Dibagikan oleh ALIJA ILHAM FADILA. Dibaca 1,058 kali.



Klaten (salfamedia.com) —- Gelaran Festival Gejog Lesung tingkat kabupaten telah digelar untuk kelima kalinya di Lapangan Desa Barepan Minggu (21/7/2019). Kali ini terdapat 34 kelompok yang ikut serta memeriahkan gelaran festival tersebut. Mereka berasal dari 26 kecamatan serta delapan desa yang memang memiliki potensi dengan kesenian gejog lesung.

Bupati Klaten Sri Mulyani saat pembukaan festival tersebut mengatakan, festival ‘Gejlog Lesung’ sudah meriah dengan harapan kedepan kegiatan gejlog lesung lebih meriah lagi dan tentunya kegiatan ini semakin menarik para wisatawan yang ada di Klaten.

(Baca Juga : Bervariasi, Inilah Beberapa Home Industry di Desa Bolali...)

“Gejlog Lesung yang ada  di Kabupaten Klaten  tetap kita uri-uri dan dilestarikan sehingga tentunya dengan gejlog lesung ini bisa mempersatukan seluruh warga masyarakat Klaten. Festival Gejlog Lesung ini melibatkan warga di 26 Kecamatan di Klaten,” ungkap Sri Mulyani.

 

Perwakilan Desa Bolali menjadi peserta Festival Gejog Lesung

Perwakilan Desa Bolali dalam Festival Gejog Lesung

 

Camat Cawas Sofan mengatakan gelaran itu untuk melestarikan kesenian gejog lesung sekaligus pengembangan karakter dari para pemainnya. Dirinya tidak mau jika kesenian gejog lesung hanya tinggal kenangan saja sehingga perlu dihidupkan melalui gelaran festival tersebut agar para generasi muda memahaminya.

“Saya harapkan anak cucu kita tidak hanya sekadar mendengar cerita saja. Tetapi juga bisa menikmati sekaligus berperan serta dalam melestarikan kesenian gejog lesung. Harapannya para generasi muda juga merasakan ketukan yang dihasilkan dari alu dan lesung,” jelas Sofan.

Lebih lanjut, Sofan mengatakan setiap kelompok gejog lesung diberikan untuk tampil selama 10 menit. Menyanyikan lagu wajib berjudul Lesung Jemengglung dan satu lagu bebas yang diserahkan ke masing-masing kelompok. Setiap kelompoknya hanya dibatas 11 orang saja yang terdiri dari pemain lesung, penyanyi dan pemandu.

Dalam setiap penampila mereka dinilai tiga juri yang berasal dari ISI Solo, ISI Jogja dan Dewan Kesenian (Wankes) Klaten. Adapun penilainnya meliputi tata gerak dan lagu, kekompakan, kemeriahan hingga bagaimana cara memainkan lesung itu sendiri. Terdapat tujuh kriteria yang menjadi penilaian dalam festival berhadiah total Rp 7,5 Juta itu.

“Dalam setiap penyelenggaraan kita harapkan adanya peningkatan kualitas dari pementasan itu sendri. Baik ada kreasi dalam memainkan lesung hingga tariannya. Terlebih lagi kali ini antara yang joget dan pemain musik gejog lesung kita pisahkan sehingga penilaiannya menjadi lebih optimal,” jelasnya.

Sementara itu, salah satu peserta asal Desa Ringin Putih, Kecamatan Karangdowo, Eni Rahayu, 35 mengaku keikutsertaannya untuk meneruskan tradisi dari kesenian gejog lesung yang ada di desanya. Mengingat para pemain gejog lesung sudah lanjut usia hingga meninggal dunia sehingga tergugah untuk melestarikannya.

“Setiap harinya kuta berlatih setiap malam. Tetapi itu memang latihan secara rutin meskipun ada agenda atau tidak seperti festival ini. Soalnya kita juga sering diminta untuk tampil di sejumlah resepsi pernikahan maupun acara lainnya,” jelasnya.

Total ada sekitar 20 orang yang setiap harinya berlatih gejog lesung setiap malam ketika ada waktu luang. Mengingat sudah menjadi turun temurun untuk melastarikan kesenian tradisional tersebut. Termasuk anaknya yang mulai tertarik untuk memainkan alu dan lesung tersebut.

“Mungkin karena terlalu sering kita berlatih menjadi inspirasi tersendiri bagi anak-anak di desa. Mereka jadi memahami bagaimana teknik memainkan alu dan lesung ini. Apalagi mereka juga begitu terampil dalam memainkannya,” pungkasnya.(arn).

 

Sumber : http://www.salfamedia.com/dihidupkan-kembali-34-team-semarakkan-festival-gejog-lesung/ (Jati Nugraha)

Berita Lainnya